Oleh : Agus Mustofa (Penulis Buku Serial Tasawuf Modern)
Pergerakan waktu sangat bergantung
kemana kita menyandarkan pedoman. Apakah berpatokan pada bulan, matahari,
planet, atau benda – benda langit lainnya. Pada era modern, perhitungan waktu
sudah disandarkan pada jumlah getaran atom. Disepakati, satu detik setara
dengan getaran atom Caesium-133 sebanyak 9.192.31.770 kali. Karena itu,
panjangnya waktu semenit, sejam, sehari, sebulan dan setahun adalah perkalian
dari ukuran paling dasar ini.
Dengan menggunakan jam atomic ini,
kita tidak bingung lagi menetapkan panjang waktu dimanapun berada. Jangankan
hanya lintas benua, pergi keluar angkasapun kita tetap bisa menggunakan patokan
waktu itu untuk menandai berbagai kegiatan, termasuk ibadah sholat dan puasa.
Besaran waktu mutlak alam semesta telah bias diterjemahkan kedalam waktu
digital. Itu akan mempermudah interaksi manusia dalam jarak jauh, dengan
akurasi sampai sepersekian detik. Bukankah kalender dan jam memang diciptakan
untuk memudahkan manusia melakukan interaksi, bukan untuk mempersulit serta
memunculkan masalah baru ?.
Sebenarnya waktu itu bersifat
relative, bergantung pada posisi pengamat. Karena itu, kita bisa melakukan berbagai manipulasi
dengan cara mengubah-ubah posisi pengamat, bahkan kecepatan pengamat. Di posisi
yang berbeda, sehari bisa memiliki makna berbeda. Katakanlah sehari diplanet
Venus ternyata berdurasi 243 hari bumi atau sekitar 8 bulan disini. Kalau
dikonversi ke jam, sehari di planet venus setara dengan 5.832 jam, sedangkan
dibumi Cuma 24 jam.
Kenapa demikian ?, sebab sehari didefinisikan
sebaai satu kali putaran benda langit terhadap sumbu rotasinya. Atau dalam
bahasa awam, dimulai dari datangnya malam sampai malam berikutnya. Persoalannya,
putaran planet Venus sangat pelan. Sehari disana menjadi sedemikian panjang. Bandingkan
pula dengan planet Yupiter yang berputar lebih cepat, sehingga sehari hanya
berdurasi 9,8 jam. Tetapi setahunnya sangat panjang, yakni 4.329 hari. Padahal setahun
dibumi hanya 365 hari.
Apa yang saya sampaikan tersebut
telah memberikan kesadaran baru bahwa waktu alam semesta memang berjalan secara
mutlak, tetapi ketika diobservasi pengamat menjadi relative. Karena itu, mesti
dibuat kesepakatan-kesepakatan yang memberikan kemudahan kepada manusia secara
kolektif agar bias dijadikan patokan interaksi. Sebuah patokan yang bersifat
global, bahkan universal.
Al-Qur’an menginformasikan dalam
pelbagai ayat bahwa waktu memang relative bergantung pada pengamat atau pelaku.
Ada yang sehari setara dengan seribu tahun seperti yang dijelaskan ayat ini : “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi,
yang kemudian naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut
perhitunganmu” (QS Sajdah: 5).
Ada pula yang berkadar 50 ribu tahun,
seperti yang terjadi pada para malaikat yang sedang bergerak naik ke langit
dengan kecepatan mendekati cahaya : “Para
malaikat dan Jibril naik kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya 50 ribu tahun”
(QS Al Ma’arij: 4).
Yang lebih dahsyat lagi adalah sehari
yang berkadar milyaran tahun, seperti yang dicertakan Allah terkait dengan
penciptaan alam semesta. Bahwa alam semesta yang sudah berusia 13,7 milyar
tahun ini, men urut Al – Qur’an sebenarnya setara dengan enam hari saja : “yang telah menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada diantara keduanya dalam enam hari. Kemudian Dia bersemayam di ‘Arsy.
(Dialah) Yang Maha Pemurah. Maka tanyakanlah kepada yang lebih mengerti tentang
Dia”.
Bagaimana penjelasannya, sehingga
waktu alam semesta bias mulur-mungkret
seperti itu ? saya ambil salah satu contoh saja dari aat-ayat tersebut. Yakni yang
terjadi pada malaikat, yaitu sehari bisa setara dengan 50 ribu tahun. Relativitas
waktu semacam itu sebenarnya sangat dimungkinkan oleh teori fisika modern.
Albert Einstein-lah yang menjelaskannya lewat teori relativitas waktunya. Bahwa
segala sesuatu yang bergerak dengan kecepatan mendekati cahaya akan molor
waktunya.
Nah….dalam terminology agama Islam,
malaikat disebut mahluk yang berbadan cahaya. Karena itu, ia bias melesat
dengan kecepatan sangat tinggi : 300.000 km/detik. Dengan demikian, ketika
malaikat naik ke langit dengan kecepatan mendekati cahaya, waktunya menjadi
mulur, relative terhadap manusia sebesar 50 ribu tahun.
Berapakah kecepatan malaikat waktu
itu ? anda bsa menghitungnya dengan menggunakan rumus relativitas waktu
Einstein :
T=To/[1-V^2/C^2] ^(1/2)
T adalah waktu malaikat
To adalah waktu manusia
V adalah kecepatan malaikat
C adalah kecepatan cahaya.
Dari perhitungan itu akan diperoleh angka
kecepatan malaikat sebesar 0,9999999999999985 kecepatan cahaya. Artinya,
malaikat meesat dengan laju yang sudah sangat dekat dengan kecepatan cahaya.
“Demi
(para malaikat) yang turun dari langit dengan kecepatan tinggi, dan yang
mendahului dengan laju sangat kencang” (QS An Naazi’aat: 3-4).
Wallahu a’lam
bishshawab.

0 Komentar