Sebuah Pencerahan dari Seorang Pengamen Jalanan....
Indahnya dunia ini
membuat aku terlena
Bekerja dan terus
bekerja
Tak kenal waktu dan
tak kenal lelah…
Gema adzan subuh kami
lelah tertidur
Gema adzan dhuhur kami
sibuk bekerja
Gema adzan asar kami
turuti dunia
Tuhan pantaskah surga
untukku
Gema adzan magrib kami
diperjalanan
Gema adzan Isya lelah
tubuhku…tuhan
Aku yang sombong dan
aku yang lalai
Enggan bersujud padamu
tuhan
Sebuah petikan syair dari seorang pengamen diiringi petikan
gitarnya yang sudah usang, berkumandang
diantara deru kendaraan, lengkingan suaranya yang terkadang serak namun
tak membuat nada menjadi sumbang.
Sebait syair yang tiba tiba menggores dan menyayat hatiku,
seakan akan tiap alunan nadanya menarik lamunanku kembali membumi, membangunkan
sadarku yang terbalut lelah dan jengah. Sayup sayup terdengar lantunan adzan maghrib
di kejauhan memanggil jiwa jiwa tuk kembali menghadap penciptanya.
Kusandarkan kepalaku dan menoleh memandang jauh keluar
jendela diantara keremangan malam. Berusaha memahami seberkas cahaya dari
petikan gitar seorang pengamen jalanan.
Yaaa…. aku terlalu sombong untuk mengakui bahwa sering kali
lalai menyatukan jiwa
Segala kesibukan yang dibuat sok sibuk dan makin hari makin menyibukkan…..menciptakan
belenggu yang mengurung hati dan pikiran dengan beban kelelahan, Terburu – buru
seakan akan kehabisan waktu. Nggak mau tahu sehingga banyak hal - hal indah
menjadi semu dan hanya berlalu.
Sibuk begini, sibuk begitu. Segera kesana, segera balik lagi
kesini, ingin begini, ingin begitu , ingin ini ingin itu banyak sekali…..Huuuhh…persis
kayak lagunya Doraemon he..he..he..he
Saat rasa ini kian meresap diantara kesepian diri, mengisi
rongga – rongga gersang dengan kesejukan air yang jernih, gerakan waktu terasa
berhenti. Rangkaian lembaran masa lalu hadir bergantian bagaikan slide
presentasi. Bercerita tanpa bersuara bernyanyi diiringi alunan tak berdawai.
Setitik sesal menetes disudut mata yang segera ku seka.
Perlahan waktu terasa kembali bergulir saat sebuah tangan yang menggenggam topi
usang disodorkan padaku. Seulas senyum tersungging diwajah pemilik tangan itu
kala kuletakkan uang kembalian makan siang tadi dalam topinya.
“Terima kasih….”
Hanya kata itu yang kemudian terucap dari bibirnya. Aku hanya membalasnya
dengan seulas senyum yang tulus.
Dalam hatiku berkata “Engkau
tidak perlu berterima kasih padaku….namun AKULAH YANG SEHARUSNYA BERTERIMA
KASIH PADAMU, karena engkau telah menyalakan kembali pelita direlung jiwaku
yang gelap, membuka jendela hatiku hingga semilir angin senja dan sejuk embun
esok pagi bisa menggantikan jengahnya kepengapan……sekali lagi TERIMA KASIH”
“Persiapan bungur –
bungur…turun lewat belakang…..lewat belakang”, teriak kernet Bus
mengarahkan penumpang. Segera aku
berkemas kemudian bergegas……Alhamdulillah….aku masih sempat untuk Sholat
Maghrib di terminal ini…..

0 Komentar